Monday, 1 June 2015

PERJALANAN KE PURA MENJANGAN BALI


Bersembahyang jauh-jauh bukan berarti lupa akan Tuhan ada pada setiap diri Manusia, bukan tidak bersembahyang pada leluhur. Terlalu egois rasanya menyatakan kita tidak perlu bersembahyang pada pura-pura jauh-jauh atau aneh-aneh lainnya. Tetapi kita tidak lupa dengan hakikat yang sebenarnya bahwa Tuhan bisa dicari pada setiap diri, dan leluhur adalah kawitan. Jika demikian bukan berarti penjelasan ini hanya berlaku bagi mereka yang mampu, namun karena kita diberikan kesempatan untuk menyadari Tuhan dengan jalan itu, mengapa tidak dilakukan. Mereka yang tidak mampu juga diberikan jalan dengan cara demikian. Yang terpenting adalah seberapa jauh kita bisa menyadari dan melayakkan diri untuk Beliau tanpa mengganggu yang teman lain

            Kamis, 14 Mei 2015 tepat pukul 08.00 rombongan berangkat dari
Br. Pujung Kaja menuju penyebrangan ke pulau menjangan, Panjarakan Buleleng. Semua tampak ceria dan lengkap dengan gitar yang mengiringi perjalanan. Perjalanannya kurang lebih tiga setengah jam sampai di penyebrangan ke pulau menjangan. Kami beristirahat sebentar dan menikmani bekal makan setelah mengurus tiket. Usai istirahat langsung menuju pelabuhan. Melintasi jembatan kayu untuk naik ke perahu motor. Setiap perahu hanya mampu memuat 10 orang dengan biaya Rp 465.000,- setiap perahu. Sehingga kami harus menggunakan 3 perahu motor, karena rombongan sebangak 28 orang.

            Menyebrang dengan perahu motor memerlukan ketenangan, tidak boleh panik. Bagi yang pertama naik perahu motor mungkin aka nada rasa takut dengan keadaan perahu yang miring-miring akibat pengaruh gelombang. Tetapi yang sudah biasa menyebrangi laut hal tersebut menjadi hal yang biasa. Terlihat beberapa teman terkejut dan berteriak saat perahu motor bergoyang kuat akibat pengaruh gelombang. Kurang lebih 30 menit perahu sudah sandar dan kita sampai di pulau menjangan.
            Memasuki pulau menjangan kita berjalan menuju pura pertama, sebaiknya bersembahyang atau menghaturkan canang terlebih dahulu di Lebuh. Kemudian kita akan melihat plang (persimpangan ke kiri). Urutan yang benar adalah kita berjalan lurus dan sampai pada pura tempat persembahyangan pertama.
            Urutan persembahyangan di pulau menjangan yaitu: 1) Pura Taman Pingit Taman Sari; 2) Pesraman Agung Kebo Iwa (Hyang Brahma Ireng); 3) Pagoda Agung Dewi Kwan Im; 4) Pendopo Agung Dalem Lingsir Gajah Mada (Hyang Wisnu Murti); 5) Puncak Penataran Agung Pingit Klenting Sari (Siwa Pasupati/ Sang Hyang Nunggal); 6) Ida Dalem Lingsir Waturenggong; 7) Ida Bhatra Hyang Ganesha dan Ibu Hyang Maha Suci Dewi Parwati. Kesemua pura tersebut berada pada satu jalur. Setelah semuanya selesai, saat kembali persembahyangan dilanjutkan di pura puncak yang terakhir.


            Setiap sembahyang di pura-pura tersebut, kita menghaturkan banten (sesaji) yang telah kita persiapkan bersama. Ada yang berbeda saat sembahyang di Pesraman Agung Kebo Iwa (Hyang Brahma Ireng), yaitu kita tidak nunas bija setelah nunas tirta, namun kita nunas abu hitam sebagai pengganti bija. Bigitu juga saat sembahyang di Pagoda Agung Dewi Kwan Im. Di Pagoda Agung Dewi Kwan Im juga kita hanya sembahyang menggunakan dupa dengan mantaram memuja Siwa Buddha. Sedangkan saat sembahyang di Pendopo Agung Dalem Lingsir Gajah Mada (Hyang Wisnu Murti), kita mendapat benang tri datu setelah sembahyang. Saat sembahyang di Ida Bhatra Hyang Ganesha dan Ibu Hyang Maha Suci Dewi Parwati kita juga hanya mengguanakn dupa dan bunga serta melafalkan gayatri mantram yang dilanjutkan dengan mantram puja dewa ganesha, dan selajutnya sembah sujud di kaki patung Ganesha.
            Usai sembahyang, kita menikmati prasadam yang telah dihaturkan di semua pura bersama-sama di tempat istirahat depan Pagoda Agung Dewi Kwan Im. Hati senang dan riang meliputi semua rombongan. Namun, disamping itu ada rasa cemas tampak di beberapa teman, karena kapal motor hanya memberikan waktu 3 jam untuk sembahyang dan dalam waktu itu kita harus kembali ke kapal, jika tidak kita harus membayar tambahan Rp 10.000,- setiap jam dan untuk tiap orang nya. Tetapi itu tidak sampai terjadi pada rombongan kami, waktu 3 jam pas kita gunakan untuk bersembahyang ke semua pura, beristirahat menikmati prasadam dan berfoto-foto ria tanpa tergesa-gesa.
            Perjalanan menyebrang dari pulau menjangan menuju pelabuhan di panjarakan, cuaca tidak terlalu bersahabat yaitu mendung dan hujan desertai gelombang tinggi dan angin kencang. Seperti semula bahwa akan menjadi ketakutan bagi yang belum terbiasa, tetapi tidak menjadi kendala bagi yang telah terbiasa menyebrang mengguanakn perahu motor. Sorakan lantang bersamaaan dengan semua teman-teman terdengar dari ketiga perahu motor ketika gelombang besar menerpa perahu. Akhirnya semua bisa sampai di daratan dan di rumah dengan selamat. Iringan suara gitar dan lagu tidak putus selama 3,5 jam perjalan di dalam bus sampai di Banjar Pujung Kaja, Tegallalang, Gianyar.

            Sudah barangtentu kami tidak menyia-nyiakan kesempatan bersembahyang jauh-jauh dengan cara asal-asalan. Namun, persembahyangan yang kami lakukan dengan khusuk dan penuh kesadaran. Kita berusaha bersembahyang lebih jauh dari biasanya untuk menyadari anugrah Beliau dengan cara masing-masing, sehingga memiliki makna tersendiri.

1 comment:

  1. Hai kak, ide liburan seperti ini seharusnya kita bisa pergi bersama pacar

    ReplyDelete