Berbicara tentang ‘Perdamaian Agama’
dibenak ini sangat wajar mengingat dan mengenang sejarah Word Parlement of Religions yang diadakan di Chicago AS pada
September 1893. Parlemen Agama Dunia ini mempertemukan tokoh-tokoh besar dari
setiap agama yang ada di dunia. Pertemuan ini untuk mengakhiri kekerasan yang
mengatasnamakan agama, sektarianisme, kekerasan pikiran, dan fanatisme yang
telah memenuhi bumi dengan banjir darah, kesengsaraan, dan mengahancurkan
peradaban manusia. Namun, yang lebih menginspirasi adalah pesan ‘perdamaian’
antar agama oleh Swami Vivekananda yang disampaiakn melalui pidato. Beliau
sebagai salah satu tokoh pahlawan Hindu modern menyatakan bahwa kita memerlukan
bantuan bukan perlawan, asimilasi bukan penghancuran, keselarasan dan perdamaian
bukan pertikaian. Jadi jangan berharap dan jangan bermimpi persatuan akan
terwujud dengan menangnya salah satu agama dan kehancuran agama yang lain.
Biarkan mereka memeluk agamanya sendiri seperti pohon yang tumbuh mengikuti pergantian
musim.
Agama didefinisiakan disini adalah
sebuah kepercayaan atau keyakinan untuk mencapai jalan kebebasan jiwa (moksa
dalam konsep agama hindu). Ada yang menyebutkan bahwa melalui agama akan
mencapai sorga atau neraka dan ada yang menginspirasi untuk memperoleh kebahagian.
Berbagai opini muncul tentang agama itu sendiri, semua bermuara pada hal-hal
yang baik. Dari paparan tersebut, dapat ditarik sebuah pendapat bahwa pada
zaman ini banyak sekali ada jalan-jalan kebebasan jiwa. Banyak sekali ada agama
di dunia ini. Seseorang diberikan kebebasan untuk memilih jalan kebebasan itu. Dalam
tulisan ini pembicaraanya mengkhusus pada pemeluk agama Hindu.
Penjelasan tersebut, memunculkan
beberapa pertanyaan yang penting untuk dijawab. Pertanyaan awal, mengapa harus
memilih agama? Bukankah kebebasan jiwa dapat dicapai dengan selalu berbuat
baik? Terus bagaimana dengan seseorang pemeluk agama namun selalu tidak tidak berbuat
baik dan tidak mengamalkan ajaran agamanya? Apakah tidak lebih mulia seseorang
yang tidak beragama namun mereka selalu berbuat baik? Klaim saya beragama ‘A’
saya beragama ‘B’ ataupun saya beragama ‘C’, apakah tidak menyebabkan pengelompok-pengelompokan?
Memang sudah menjadi kesadaran bersama bahwa mustahil untuk melebur semua agama
menjadi satu pada masa ini. Pertanyaan terakhir apa sebenarnya pentingnya atau
esensi memeluk agama itu?
Beragama Hindu dan berkeyakinan
ataupun menganut suatu kepercayaan pada dasarnya adalah untuk meningkatkan kualitas
hidup sebagai manusia. Agama mengajarkan kebaikan dan tingkah laku yang benar
untuk mencapai kebahagiaan sejati. Mau mengakui atau tidak, bahwa agama yang ajarannya
bersumber dari kitab-kitab suci memang ‘begitu
adanya’. Manusia menemukan dan merasakan bahwa tindakan menolong sesama
adalah perbuatan yang baik; memberi sedekah akan meningkatkan taraf hidup; berpikir,
berkata dan berbuat yang positif adalah kebenaran; berbakti kepada orang yang
lebih tua adalah mulia; semua hal itu, sebelum disadari, dirasakan, dipahami,
dan diakui oleh munusia itu sendiri, hal-hal itu sudah ada dan dijelaskan dalam
Veda/kitab suci sebagai sumber ajaran agama. Contoh kecil, yaitu ilmuwan
menemukan bahwa bumi berbentu bulat lonjong, ahli juga menemukan hukum gravitasi,
namun sebelum itu ditemukan oleh orang Veda (kitab suci agama Hindu) sudah
menjelaskan semuanya. Sehingga, Veda adalah tanpa permulaan dan tanpa akhir.
Mungkin membingungkan bagi yang tidak memahami, bagaimana kitab tanpa awal dan
tanpa akhir. Bukan untuk mencari pembenaran bahwa Veda adalah kebenaran sejati,
tetapi Veda merupakan sumber dari segala sumber. Cangkupan Veda sangat luas dan
tidak terbatas, tidak ada orang yang bisa mempelajari apalagi akan memahami akan
semuanya, bagaimana mau mengatakan bahwa Veda itu menjadi pembenaran dari semua
hal. Veda adalah bukanlah sekedar kumpulan kitab, namun menjadi kumpulan kaidah
spiritual yang kaya dan ditemukan oleh orang-orang berbeda pada saat yang
berbeda.
Apakah agama mengajarkan untuk tidak
berbuat baik? Bukan. Perbuatan tergantung masing-masing orang. Bagaimana
keadaan jiwa yang murni dipengaruhi oleh kuat lemahnya triguna membuat
seseorang berbuat yang tidak baik. Seseorang akan senantiasa mulia jika mereka selalu
berbuat baik. Dalam hal ini perlu pemahaman yang berlanjut, orang yang
senantiasa berbuat baik bukankah mengamalkan ajaran agama? Iya. Seorang pemeluk
agama tidak perlu menggembor-gemborkan bahwa ia sebagai pemeluk agama ‘A’ atau
agama ‘B’ atau ‘C’. Agama adalah keyakinan dan kepercayaan yang bersifat
privasi antara diri dengan keyakinannya. Yang jelas bahwa Veda/kitab suci
sebagai sumber ajaran agama selalu mengajarkan kebaikan dan kebenaran. Pada
akhirnya jika tidak hanya sekedar selalu berbuat baik, namun mengamalkan
ajaran-ajaran agama dengan cara memeluk dan mengakui sebagai pemeluk agama bukankah
akan membuat kualitas hidup lebih meningkat sehingga kebebasan jiwa akan tercapai
lebih cepat? Agama tidak hanya mengarahkan seseorang untuk berbuat baik, namun
membelajarkan bagaimana seseorang untuk hidup dalam kesadaran.
Pernyataan susulan, mengapa perlu
melirik klaim tentang perbedaan agama yang dipeluk oleh seseorang? Memang
perlu, karena meskipun ada yang meyakini setiap agama mengajarkan untuk mencapai
kebaikan ataupun kebebasan, tetapi jika ditelusuri tidak semua ajaran agama
seperti itu. Tidak lazim untuk mengakhimi ajaran-ajaran agama lain. Yang
terpenting adalah cukup dengan mengerti akan ajaran yang dianut tanpa
membandingkan baik buruknya dengan yang lain.
Kita bersama perlu melihat bersama agama
Hindu dari peninjauan yang lebih dalam. Untuk memudahkan memahami dan
kepentingan pemaparan, maka pertanyaan yang perlu dijawab adalah mengapa harus
memeluk agama Hindu?
Hindu adalah sebuah agama yang
universal. Universal didefinisikan suatu agama tidak hanya sekedar berdasarkan
keanekaragaman suku atau bangsa yang menjadi penganutnya, melainkan, agama
universal harus memenuhi kebebasan prilaku dan kecenderungan semua jenis dan lapisan
manusia. Beragama Hindu bukan berarti harus mengikuti kebiasaan-kebiasaan orang
banyak atau tidak bebas menjalankan agama sesuai dengan lapisan hidup. Lapisan
hidup tidak hanya terbatas pada tingkatan sosial ataupun material, namun lebih
meluas sampai pada aktivitas sehari-hari untuk melangsungkan hidup. Agama Hindu
tidak hanya menyediakan satu jalan, satu Tuhan yang benar, satu kitab suci,
ataupun satu dogma bagi semua orang. Hindu menyediakan empat jalan bagi umatnya
untuk mencapai pembebasan, yaitu: Karma Yoga bagi seseorang yang hidupnya
selalu aktif dan bekerja dengan tulus ikhlas tanpa mengharap hasil, Bhakti Yoga
untuk seseorang yang emosional dan pencita keindahan dan kelembutan dengan
tulus, Raja Yoga ditekuni oleh seseorang yang bersifat mistik dan senang
menganalisis dirinya sendiri, dan Jnana Yoga bagi seseorang yang senang
mempelajari ilmu pengetahuan, pemikir akan tercerahkan melalui jalan. Dengan
demikian, jalan mencapai pencerahan atau kebebasan, bukan hanya dengan cara
bersembahyang, atau zaman sekarang sedang trend
yaitu yoga dan bermeditasi. Hal untuk
lebih meyakini adalah coba direnungkan “apakah Mahatma Gandhi bukan orang yang
mengalami pencerahan karena ia lebih mengutamakan karya dan tindakan non
kekerasan?” .“Apakah seorang seniman ukir Bali yang dengan penuh konsentrasi
membuat ukiran dengan detail-detail yang luar biasa tidak akan pernah mengalami
pencerahan?”. “Bukankah ada saja kemungkinan orang kebanyakan mengalami
pencerahan tetapi tidak berkoar-koar tentang pencerahan itu sendiri?”. “Apakah
pencerahan terjadi hanya pada orang-orang terkenal?”. Agama Hindu mengakui
mereka akan mengalami perncerahan. Dengan menyediakan beberapa jalan bagi
manusia, agama Hindu tidak mungkin membagi manusia dalam dikotomi keras: orang
beriman ornag kafir, orang yang diselamatkan dan ornag yang dikutuk. Hindu
menerima semua manusia dengan berbagai kecendrungan. Penerimaan itu bermuara
pada refleksi ajaran Hindu yaitu ajaran Tat Tvam Asi (aku adalah kamu dan juga
berarti engkau), Vasudaiva Kutumbakan (semua manusia adalah bersaudara). Hal
ini adalah ukuran penting lainnya untuk menentukan keuniversalan suatu agama.
Seseorang tidak salah mengatakan
dirinya tidak beragama, namun selalu berbuat, berucap dan berprilaku baik,
namun tanpa disadari mereka itu mengamalkan ajaran agama hindu, bukan?. Lebih lanjut, tanpa disadari
Hindu sebenarnya mengakui agama-agama lain adalah melaksanakan ajaran agama Hindu.
Dalam Hindu ada disebutkan bahwa, Tuhan itu satu namun orang bijak benyebutnya
dengan banyak nama. Selain itu, dalam ajaran Hindu disebutkan bahwa
bagaimanapun cara engkau (manusia) menyembahku dengan tulus maka akan Ku
terima. Agama selain Hindu mempunyai cara-cara sendiri untuk menyembah Tuhan,
dan Tuhan dalam agamanya disebut dengan nama sendiri, bukankah mereka tidak salah jika dikatakan menganut Hindu? Tidak
perlu membubuhi penjelasan lagi!
Agama Hindu dengan universalitasnya tidak
mematikan budaya setempat dimana agama itu berkembang untuk digantikan dengan
satu budaya tunggal dari mana Hindu itu berasal. Sebaliknya agama Hindu
memelihara budaya setempat. Hal ini terbukti dari banyaknya perbedaan-perbedaan
bentuk-bentuk ritual di dalam agama Hindu di berbagai wilayah. Meskipun banyak
perbedaan dalam ritual, Hindu memberikan pedoman untuk melaksanakan ritual
sesuai dengan tingkatan sosial ataupun materialnya. Agama Hindu mengenalkan tingkatan
warna sudra, waisia, ksatria, dan brahmana yang menjadi lapisan sosial
masyarakat. Selain itu, terdapat tingkatan ritual, nista (rendah), madya
(menengah), dan utama (tinggi). Pemeluk agama bebas memilihnya. Sekali lagi,
Hindu mengakui semua jalan apapun. Hal ini justru menunjukkan universalitas yang
sebenarnya dari suatu agama.
Pertanyaan
akhir yang muncul, Apakah Ragu Memeluk Agama Hindu di Zaman Global Ini?
HINDU
AGAMA UNIVERSAL: Bunga Rampai Pemikiran dan Kisah Swami
Vivekananda 2012
No comments:
Post a Comment